Modhe-modhe ne hoga woe
MODHE-MODHE NE HOGA WOE ( baik-baik dengan teman, ya kiranya
bgtu lah artinya !!! hehehe). Kalimat ini tentu sudah tak asing lagi di telinga
masyarakat Bajawa khususnya. Kalimat ini tentunya punya arti tersendiri jika
kita menghayati betul maksud yang di sampaikan dalam kalimat ini. Kita sebagai
manusia juga sangat membutuhkan satu sama lain, oleh karenanya manusia di sebut
homo socius ( makluk social ). Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering di
timpah masalah-masalah hidup, dan saya yakin semua kita termasuk saya juga
pernah mengalaminya. Masalah-masalah tersebut kadang juga tidak terselesaikan
sampai tempo yang cukup dibilang lama. Tak terpungkiri lagi bahwa semua masalah
tersebut membentuk apa yang dinamakan dinamika hidup. Kemarin ada, hari ini
selesai, besok muncul lagi, dan begitu seterusnya. Masalah tak bisa di katakan
telah berakhir, mengapa? Jawabanya tidak lain adalah kita hidup di dunia BUKAN
di surga !!.masalah kerap muncul tanpa kita sadari. Tanpa di beritahu, bagaikan
maling !!. Dengan adanya masalah kita di bentuk menjadi sebuah pribadi yang
dewasa, bisa dibilang seperti itu, J
hehehe.
Manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Saya ambil
contoh, :
ü
Di keluarga kita membutuhkan ayah, ibu, sanak
saudara/i
ü
Dalam belajar, kita membutuhkan teman untuk
saling tanya jawab
ü
Kita juga membutuhkan teman lawan jenis dimana
sebagai penyemangat, sebagai motivasi dan sebagainya.
Selain contoh-contoh di atas, masih banyak
lagi contoh-contoh yang lain yang kita temukan secara sadar ataupun tak sadar,
atau yang kita alami sendiri. Itu membuktikan bahwa manusia itu lemah sehingga
membutuhkan orang lain. Orang lain itu tidak lain adalah salah satunya teman.
Untuk itu kita di tuntut untuk menjalin persahabatan dengan siapa saja, tanpa
memandang, entah kaya, miskin, ras, asal budaya dan sebagainya. Perbedaan itu
sendiri menciptakan warna hidup. Perbedaan mengajarakan kita untuk saling
menghargai satu sama lain. Perbedaan sering menjadi akar permasalahan di
masyarakat umumnya dan keluarga khususnya. Oleh karenanya, kita di tuntut untuk
menerima perbedaan sehingga terjalin hubungan yang harmonis. Semua kita
tentunya mengharapakan keharmonisan. Harapan itu akan sia-sia jika kita selalu
memandang perbedaan hanya sebelah mata di mana kita selalu berpikir negative
tentang orang. Sikap negative thingking adalah sebagai pendukung timbulnya
pertengkaran, perkelahian, bahkan yang sekarang marak terjadi yaitu tawuran
antar pelajar.
Tawuran
bukan cerita baru lagi. Tawuran sudah menjadi buah bibir masyarakat. Bahkan
kerap di lakukan oleh para peserta pendidikan, yang di notabenehkan orang yang
sudah punya akal dan pikiran, Sekiranya dapat membedahakan mana yang baik dan
mana yang tidak baik.
Yang
di andalkan hanyalah kekuatan otot, bukan intelektual. Padahal tujuan
pendidikan adalah memanusiakan manusia, artinya manusia minimal tau membedakan
yang baik dan tidak baik. Pertanyaannya, siapa yang salah? Orang tua selaku
pendidik di forum yang non formal atau guru dan dosen, selaku pendidik di forum
yang formal?. Sepertinya tidak kedua-duanya adalah jawaban yang paling tepat,
Mengapa?, alasaanya adalah tergantung dari kepribadian individu itu sendiri.
Sikap saling menjunjung tinggi sportifitas dalam berprestasi tidak lagi ,
artinya hanya di pandang sebelah mata. Sikap arogansi adalah salah satu
penyababnya, bisa jadi!!. Untuk itu, marilah kita sama-sama saling berdamai,
apa gunanya kita bermusuhan, yang ada toh merugikan diri kita sendiri.
Sepertinya tawuran bukan jamanya sekarang ew, hahaha. MODHE-MODHE NE HOGA WOE.
By : Jhon Wawo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar